-
...................................................

Thursday, July 12, 2007
Mangayuh Bagyo Sang Budayawan Arena
Hari Minggu lalu aku bertandang ke rumah kontrakan Budi Oza-Eva. Ceritanya Mangayuh Bagyo dengan kelahiran putra pertama mereka yang diberinama "Gays....Garodea(wah dah lupa tuch, abis pilihan diksinya sastra kelas tinggi sich, he..). Bersama Belek kususuri jalan-jalan berpolusi di Jakarta. Untunglah karena Minggu, jalanan tidak begitu ramai. Setengah jam dari Kuningan, kita sampailah di rumah Budi di Kebayoran Lama.

Melihat pertama kali BUdi setelah sekian lama tak bersua membuat hati benar-benar gembira. Tentu saja, Budi yang saat itu didepanku, benar-benar bukan sosok Budi yang aku kenal sebelumnya...Coba kita ingat-ingat bareng; Budi yang kita kenal dulu adalah Budi yang (meminjam istilahnya Belek) " sosok yang penuh refleksi, kritikus multi-aspek kehidupan, dan pemikir kelas berat", atau secara fisik sebagai Budi yang kurus, jarang tersenyyum lepas, dan seolah selalu membawa beban berat di kepalanya. Belek bercerita, ada satu ungkapan yang hingga kini masih terngiang di telinganya setiap kali ketemu Oza adalah "Pandai-pandailah Merawat Kegelisahan, Karena Tanpa Kegelisahan kkita Bukan Apa-apa Lagi." Wah, abot...tenan tho..!. Mungkin temen2 juga sering mendengarnya...

Tapi, Budi yang ada dihadapanku hari itu adalah Budi yang sama sekali berbeda. Budi yang segar, selalu tersenyum, sehat='berbobot', dan sellalu berbicara tentang hal-hal 'ringan'. Masih ingat betul di kepala saya, ketika berulangkali Budi 'mempresentasikan' kegelisahannya tentang 'Jagad Mental'nya di depan saya ketika di Arena dulu...Wah abot tenan!!!! Tapi, Budi Saat Ini bukan lagi Budi Saat Lalu. Ini pula yang nampaknya ramai dibicarakan dalam obrolan di tenda2 kopi malam2 di Jakarta, juga penuh menghiasai milis 'curhat-curhatan' temen2 Jogja.

Oza kini adalah salah satu Editor di RM Books, sebuah anak perusahaan Jawa Pos Groups untuk bidang perbukuan. Pekerjaannya nampaknya sangat menjanjikan. Dalam obrolan kecil bersama nyonya Budi=Eva, aku menangkap keterpanaan Eva pada sosok Budi saat ini, menepis keraguannya akan kesangggupan Budi untuk bergelut dnegan kehidupan 'normal' di Jakarta. Eva bercerita bahwa ia ingat betul saat pertama kali Budi bekerja di tempat kerjanya sekarang. Satu minggu bekerja dan Budi terjatuh sakit. Bukan karena kecapekan, tapi karena Budi tak lagi sanggup bertarung dengan intrik2 di tempat kerjanya. Teman 'makan' teman, sikut kiri sikut kanan. Tapi, tuntutan hidup (apalagi Eva belum bekerja) membuat Budi melakukan 'Revolusi' dalam dirinya. Yah, perubahan memanga keniscayaan ketika kita harus dipertemukan dengan hidup yang selalu dinamis. Kalopun tak bisa atau tak mau mengikutinya, terlindaslah dia...(tul kan??)

Namun, Budi tetaplah Budi...yang memang selalu berusaha merawat kegelisahannya. Masih menurut Belek, di tengah kepadatan aktivitasnya saat ini, dia sesekali masih menyempatkan diri bergabung dan bermain teater di daerah Tangerang. Wah...Akang Budi, meski dideru kemacetan Ibukota...bukan berarti memacetkan kegelisahanmu...So, pak Budi, kemanakan sang Garodea kan kau ajak terbang????

with love, yunes : 10:19 PM

0comment

Post a Comment













About Us

YI'm Yuyun Sunesti
YZainal Anwar's wife
YHome: Sleman Jogja

Previous Posts
Archives
Chit-Chat



Links
Supported By