-
...................................................

Tuesday, December 4, 2007
Genetically Modified Food
Isu terbesar selain Global Warming adalah juga isu tentang Genetically Modified (GM) Food atau dalam bahasa kita tanaman/hasil pangan yang telah memalui modifikasi genetika. Bahkan, aktifis Green Peace pada akhir Februari lalu berhasil menghalau satu kapal penuh kacang kedelai dari Amerika untuk dikembalikan karena diduga merupakan GM Food. Ironisnya, AS mengekspor 50% kacang kedelainya ke Indonesia.

Nah, what does GM Food mean sich?? GM Food adalah tanaman pangan yang direkayasa dengan teknologi tinggi melalui modifikasi sel-sel tertentu dalam tanaman hingga menghasilkan tanaman super. Contoh gampangnya gini, tanaman pangan bisa direkayasa sehingga mampu tumbuh di tanah yang kandungan alumuniumnya tinggi atau mampu bertahan hidup lama di dalam air. Sehingga tanah kurus dan miskin hara, serta wilayah rawan banjir bisa berproduksi tinggi. Salah satu contoh ; Jagung, yang dimasukkan gen Bt, bisa menghasilkan racun bakteri yang membuat serangga lari. Jagung jenis ini jelas akan mengurangi pemakaian pestisida. Bahkan, vaksin bisa "dimasukkan" kedalam pohon pisang. Pohon pisang model ini akan memecahkan masalah pengiriman vaksin di wilayah terpencil. Tanaman bisa direkayasa untuk kegunaan lain dan jelas lebih baik dari pil atau suntikan. Beras bisa direkayasa untuk membuat beta-carotene, yang akan berubah jadi V itamin A didalam tubuh manusia. Beras ini otomatis memecahkan masalah gizi dan kekurangan Vitamin A, yang kebanyakan diderita balita di pedesaan. Dalam kasus minyak goreng, pohon kelapa sawit bisa dimanupulasi untuk menghasilkan lebih banyak asam tak jenuh ganda. Pendek kata, rekayasa biologis menjanjikan lebih sedikit pemakaian bahan kimia, hasil panen besar, nutrisi lebih baik dan kesehatan juga lebih bagus.

Sekitar satu decade lalu, rekayasa genetika ini dipuji-puji sebagai inovasi baru bagi masa depan ilmu pengatahuan. Para ilmuan bermimpi dapat mengambil komponen kunci alam dan mencangkokkannya sehingga terlahir tanaman super. As a result, bakal berakhirlah kecemasan dunia akan kemungkinan tidak mampu memberi makan penduduknya.

Kalo begitu banyak manfaatnya, kenapa sich Green Peace merasa perlu menolak kiriman kacang kedelai dari, meski hanya untuk pangan ternak? Begini kawan, seperti dilaporkan Asia Week, GM Food beresiko seperti: a) Bahan Alergi Baru ; manupulasi genetika sering menggunakan protein dari organisme yang tidak pernah menjadi bahan makanan. Dan sebagian besar bahan alergi makanan berasal dari protein. b) Resistensi terhadap antibiotik ; gen resistensi-antibiotik sering digunakan sebagai "penanda" untuk menyeleksi sel-sel transgenetik dan ada kemungkinan merasuki manusia atau organisme lain. Hal ini akan menyebabkan persoalan baru bagi kesehatan. c) Virus baru ; gen viral di tanaman yang direkayasa agar tanaman kebal terhadap virus mungkin saja terkombinasi lagi dengan microba lain untuk menghasilkan virus hibrida yang lebih berbahaya. d) Rumput Baru ; dalam lingkungan lebih luas, perkawinan antar tanaman kemungkinan menghasilkan "rumput super". Tanaman hasil rekayasa kemungkinan akan terbawa ke luar lahan pertanian dan meluas, sehingga merusak seluruh ekosistem. e) Resistensi terhadap hama ; Hama lama kelamaan akan kebal terhadap tanaman, yang menghasilkan pestisida. Akibatnya, racun-racun biasa jadi tidak efektif lagi.

Tanpa kita sadari, kita telah banyak mengkonsumsi GM food dalam berbagai bentuk, olahan atau mentah. Di Amerika sekitar 60 persen pangan olahan sudah mengandung GM. Artinya bahan GM ada di makanan olahan mulai dari sup kalengan sampai cereal, yang banyak di ekspor ke Asia. Susahnya, tidak seperti Jepang yang kesadaran akan konsumsi pangannya tinggi. Peraturan pemerintah disana telah menginstruksikan para pedagang untuk secara jelas melabeli tiap2 makanan yang mengandung GM dan non-GM. Lah, pemerintah kita mana sempet, kasih makan kenyang warganya aja dah bagus kok.

Memang, hingga saat ini belum ada laporan tentang korban meninggal akibat mengkonsumsi GM food ini. Tapi, perlu dipikirkan juga akibat kedepannya. Debbie Hung, tinggal di Hong Kong, memperlihatkan kekuatiran itu. "Kita mungkin tidak akan tahu sampai 30 tahun mendatang. Bagi orang dewasa, yah.. tidak apa-apa. Kita mungkin saja terkena kanker atau yang lainnya. Tapi kita kuatir dengan apa yang dimakan anak-anak, mereka baru saja memulai hidup mere

with love, yunes : 9:00 PM

0comment

Post a Comment













About Us

YI'm Yuyun Sunesti
YZainal Anwar's wife
YHome: Sleman Jogja

Previous Posts
Archives
Chit-Chat



Links
Supported By